24 Okt 2021
    Follow Us:  



Sirah Nabawiyah

Kisah Perjalanan Hidup Manusia Agung Rasulullah Muhammad SAW, Sirah Nabawiyah Bagian 16


Kisah Nabi Muhammad SAW

 

KISAH RASULULLAH

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

 

Bagian 16

Sahabat-sahabat Rasul yang sakit

Aisyah رضي الله عنهما mengisahkan saat Rasulullah sampai di Madinah, Madinah kala itu merupakan bumi Allah yang paling potensial untuk wabah penyakit demam. Dampaknya banyak sahabat Rasulullah yang terjangkit sakit demam.

Allah menjaga Rasulullah sehingga beliau tidak terjangkit wabah demam.

Abu bakar, Amir bin Fuhairah, dan Bilal tinggal satu rumah. Mereka semua terjangkit wabah demam. Lalu Aisyah menjenguk mereka.

Peristiwa ini terjadi saat hijab belum diwajibkan.

Mereka bertiga diserang demam tinggi yang hanya Allah saja yang tahu.

Aisyah mendekat kepada Abu Bakar dan bertanya,

“Bagaimana kabar ayahanda?”

Abu bakar menjawab:

Semua manusia disambut ria oleh keluarganya di pagi hari.

Sementara maut lebih dekat padanya daripada tali sandalnya sendiri.

Aisyah berkata,

“Demi Allah, ayah tidak sadar akan apa yang ia katakan.”

Aisyah mendekat kepada Amir bin Fuhairah, dan bertanya,

“Bagaimana kabarmu wahai Amir?”

Amir Bin Fuhairah menjawab:

Telah aku jumpai kematian sebelum mencicipinya.

Sesungguhnya kematian datang pada para pengecut dari atasnya

Setiap orang itu berjuang dengan kekuatannya

Sebagaimana sapi jantan menjaga kulitnya dengan tanduknya.

Aisyah berkata,

“Demi Allah, Amir tidak menyadari apa yang dikatakannya.”

Adapun Bilal, bila demam menyerangnya, ia berbaring di emperan rumah, dengan mengangkat suaranya sambil berkata:

Wahai, bisakah aku kembali bermalam di Fakh (tempat di luar Mekah),

Sementara di sekitarku terdapat Idzkhir (nama pohon beraroma wangi) dan Jalil (nama tumbuh-tumbuhan),

Mampukah suatu saat aku berada di mata air Majannah?

Adakah Gunung Syamah dan Gunung Thafil terlihat olehku?

Aisyah lalu menceritakan apa yang ia dengar kepada Rasulullah .

Doa untuk Para Sahabat

Aisyah ra berkata kepada Rasulullah ,

“Mereka bertiga bicara asal-asalan dan tidak sadar dengan apa yang mereka ucapkan akibat serangan demam tinggi.”

Rasulullah berdoa,

“Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana telah Engkau jadikan kami mencintai Mekah, atau kokohkanlah rasa cinta kami kepada Madinah. Berilah kami keberkahan di dalam mud, dan sha’ Madinah (yakni makanannya). Alihkan serangan wabahnya ke Mahyaa’h.”

Mahyaa’h adalah Al-Juhfah.

Akibat serangan demam ini banyak sahabat yang mengerjakan shalat dengan cara duduk.

Rasulullah keluar menemui mereka yang kala itu menunaikan shalat dengan cara duduk dan berkata,

“Ketahuilah wahai sahabat-sahabatku bahwa shalat orang yang duduk itu pahalanya setengah shalat orang yang berdiri.”

Maka para sahabat berupaya untuk berdiri sekuat mungkin walaupun mereka demikian lemah dan sedang sakit dengan harapan mendapatkan pahala.

Penanggalan Hijrah

Rasulullah sampai di Madinah pada hari senin 12 Rabiul Awwal. Pada saat waktu Dhuha berakhir, saat matahari tidak begitu panas.

Rasulullah sampai di Madinah saat usia beliau 53 tahun, 13 tahun setelah beliau diutus menjadi Nabi dan Rasul.

Rasulullah tinggal di Madinah pada akhir Rabiul Awwal, Rabiul Akhir, Jumadil Ula, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal, Dzul Qa’dah, dan Dzul Hijjah.

Pada bulan-bulan inilah dan bulan Muharram tahun berikutnya Rasulullah tidak berperang melawan kaum musyrikin.

Pada bulan Shafar, tepat setahun setelah kedatangan Rasulullah ke Madinah, beliau keluar untuk berperang dan berjihad untuk melawan musuhnya sesuai yang Allah perintahkan, serta memerangi orang-orang musyrik.

Rasulullah menunjuk Sa’ad Bin Ubadah sebagai penggantinya di Madinah selama beliau berada di medan jihad.

Diijinkan Berperang

Dalam situasi genting yang dapat mengancam eksistensi kaum muslimin di Madinah di mana kaum Quraisy tidak sadar dari kesesatannya dan sama sekali tidak mau menghentikan kejahatannya, Allah mengizinkan kaum muslim untuk berperang. Allah berfirman,

 

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, Surah Al-Hajj (22:39)

 

Ayat tersebut turun dalam rangkaian ayat yang menunjukkan kepada mereka bahwa izin tersebut hanyalah untuk menyingkirkan kebatilan dan menegakkan syiar-syiar Allah .

 

الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sholat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. Surah Al-Hajj (22:41)

 

Pendapat yang benar dan tidak ada pilihan lain bahwa izin tersebut diturunkan di Madinah, setelah hijrah tidak di Mekah.

Sikap bijak harus diambil untuk menghadapi kondisi saat itu di mana sumber utamanya adalah kekuatan dan kesewenang-wenangan kaum Quraisy.

Kaum muslimin harus membentangkan kekuasaan mereka pada jalur perdagangan dari Mekkah ke Syam. Dalam hal ini Rasulullah menempuh dua langkah yaitu:

Pertama mengadakan perjanjian persekutuan atau perjanjian untuk tidak melakukan permusuhan dengan kabilah-kabilah yang berdekatan dengan jalur perdagangan itu.

Di samping itu mengadakan perjanjian persekutuan atau tidak mengadakan permusuhan dengan kabilah Juhairah, sebelum melakukan kegiatan militer.

Kedua melakukan ekspedisi-ekspedisi secara bergantian ke jalur tersebut

 


اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Peperangan dan Ekspedisi Sebelum Badr

Untuk melaksanakan kedua langkah tersebut, kaum muslimin mulai melakukan gerakan-gerakan militer.

Mereka melakukan patroli militer yang bertujuan menyingkap dan mengenal jalan-jalan yang mengelilingi Madinah,  serta jalan-jalan yang dapat mengantarkan ke Mekah.

Mengadakan perjanjian-perjanjian dengan kabilah-kabilah yang berdomisili di sepanjang jalan tersebut.

Memberikan kesan kepada orang-orang Yahudi dan Arab badui yang berdomisili di sekitarnya bahwa kaum muslimin telah memiliki kekuatan dan mereka telah terbebas dari kelemahan mereka

Serta memperingatkan kepada orang-orang Quraisy terhadap akibat kebohongan mereka sehingga mereka sadar dari kesesatan mereka

Dan merasakan adanya bahaya yang mengancam perekonomian mereka, agar mereka cenderung untuk berdamai dan menghentikan keinginan mereka untuk menyerang kaum muslimin, menghalangi jalan menuju Allah serta menyiksa kaum muslimin yang lemah di Mekah

Agar kaum muslimin pun menjadi bebas untuk menyampaikan risalah Allah di seluruh Jazirah.

Secara ringkas ihwal ekspedisi-ekspedisi itu adalah sebagai berikut :

Ekspedisi Saiful Bahar yaitu pada Bulan Ramadhan tahun pertama Hijriah Rasulullah mengangkat Hamzah bin Abdul Muthalib untuk memimpin ekspedisi ini.

Ekspedisi ini berkekuatan 30 orang yang terdiri atas kaum Muhajirin untuk mencegah kafilah Quraisy yang datang dari Syam yang dipimpin oleh Abu Jahal dengan kekuatan 300 Orang.

Setelah sampai di Saiful Bahri di sekitar daerah Laut Merah bertemulah pasukan kaum muslimin dengan kafilah Quraisy dan siap untuk bertempur.

Namun Majdi bin Amru al-juhani sekutu Quraisy dan kaum muslimin berjalan di tengah-tengah mereka dan menghalangi mereka sehingga pertempuran pun tidak terjadi.

Bendera Hamzah adalah bendera pertama yang dikibarkan oleh Rasulullah warnanya putih dan dibawa oleh Abu Mursyid Kinas Bin Hushain Al Ghanawi.

Setelah ekspedisi Al Kharrar terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah

Perang Al Abwa' atau Waddan

Perang ini terjadi pada bulan Safar tahun kedua Hijriyah atau Agustus tahun 623 M.

Setelah mewalikan urusan kota Madinah kepada Saad bin Ubadah Rasulullah keluar memimpin langsung pasukan yang berkekuatan 70 orang,  khusus orang-orang Muhajirin untuk mencegah kafilah Quraisy.

Setelah tiba di Waddan, beliau tidak menjumpai pasukan Quraisy.

Dalam peperangan tersebut Beliau mengatakan perjanjian persekutuan dengan Bani Dhamrah,  yang ketika itu pemimpinnya adalah Amru bin Makhsya Adh Dhamri.

Naskah perjanjian tersebut adalah sebagai berikut

Ini adalah surat perjanjian dari Muhammad kepada Bani Dhamrah, sesungguhnya harta dan diri mereka aman dan mereka berhak mendapatkan pertolongan jika diserang.

Kecuali apabila mereka memerangi agama Allah.

Apabila Nabi mengajak mereka untuk menolongnya, mereka akan menyambutnya.

Waddan terletak antara Mekah dan Madinah.

Antara Waddan dan Rabigh setelah Madinah 29 mil dan Abwa' terletak di dekat Waddan.

Inilah peperangan pertama yang diikuti oleh Rasulullah.

Kepergian beliau itu selama 15 malam benderanya berwarna putih dan pembawanya adalah Hamzah bin Abdul Mutholib.

Setelah Perang Al Abwa' atau Waddan terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah

Perang Buwath

Perang Buwath terjadi pada bulan Rabiul awal tahun kedua Hijriyah atau September 623 M.

Rasulullah keluar memimpin pasukan berkekuatan 200 orang dari para sahabatnya, untuk mencegah kafilah Quraisy yang berkekuatan 100 orang di bawah pimpinan Umayyah bin Khalaf Al-Jami

Kafilah itu membawa 2500 unta.

Setibanya di Buwath di sekitar Ridhwa, beliau tidak menjumpai kafilah.

Dalam peperangan tersebut beliau mewakilkan urusan kota Madinah kepada Saad bin Muadz.

Benderanya berwarna putih dan dibawa oleh Saad bin Abi Waqqash radliyallahu anhu.

Perang Sawan

Perang Sawan terjadi pada bulan Rabiul awal tahun kedua Hijriyah atau September tahun 623 M.

Karz bin Jabir Al Fihri dengan pasukannya dari kaum muslimin menyerang pinggiran kota Madinah dan merampas beberapa binatang ternak.

Karena itu Rasulullah keluar dengan para sahabatnya bersekutukan 70 orang untuk mengejar pasukan Karz hingga tiba di lembah Safwan yang letaknya tidak jauh dari Badr.

Namun beliau tidak menjumpai Karz dan teman-temannya,  lalu pulang tanpa melakukan pertempuran.

Perang ini disebut juga dengan Perang Badr pertama.

Dalam perang ini urusan kota Madinah diwakilkan kepada Zaid bin Haritsah.

Benderanya berwarna putih dan dibawa oleh Ali bin Abi Tholib.

Setelah Perang Buwath dan Perang Sawan terjadi, ekspedisi selanjutnya adalah

Perang Dzil Usyairah

Perang Dzil Usyairah terjadi pada bulan Jumadil Ula dan bulan Jumadil Akhir tahun kedua Hijriyah atau November dan Desember tahun 623 M.

Rasulullah keluar memimpin pasukan berkekuatan 150 (dalam riwayat lain 200) orang kaum Muhajirin.

Dalam hal ini bisa tidak memaksa seorang pun untuk ikut serta dalam peperangan tersebut.

Mereka keluar membawa 30 Onta yang dikendarai secara bergantian untuk mencegah kafilah Quraisy yang berangkat ke Syam.

Telah terdengar berita tentang keberangkatan mereka dari Mekah membawa barang-barang dagangan kaum Quraisy.

Setibanya di Dzil Usyairah, beliau tidak menjumpai kafillah tersebut, mereka telah lolos beberapa hari sebelumnya.

Kafilah inilah yang dicari sepulang mereka dari Syam, dan menjadi penyebab terjadinya Perang Badr Kubro.

_Menurut Ibnu Ishaq, Rasulullah berangkat pada akhir Jumadil Ula dan kembali pada Awal Jumadil Akhir.

(inilah yang menjadi penyebab perbedaan pendapat ahli siroh dalam menentukan bulan terjadinya peperangan ini)._

Dalam peperangan ini Rasulullah mengadakan perjanjian perdamaian dengan Bani Mudlij dan sekutunya, yaitu Bani Dhamrah.

Pada saat peperangan itu urusan kota Madinah diwakilkan kepada Abu Salamah bin Abdul Asad Al Makhzumi.

Bendera peperangan itu berwarna putih dan dibawa oleh Hamzah bin Abdul muththalib رضي الله عنه.

 


للّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Perang Badr Kubra Peperangan Islam Pertama yang Menentukan

Dua Pasukan saling Berhadapan

Setelah selesai merapikan barisan beliau mengeluarkan instruksi kepada pasukannya agar tidak memulai peperangan sebelum menerima perintah terakhir dari beliau. Kemudian, beliau memberikan pengarahan kepada mereka secara khusus tentang persoalan perang. Beliau berkata:

“Apabila mereka mendekati kalian, hujanilah mereka dengan panah. Janganlah kalian menghunuskan pedang sebelum mereka mendatangi kalian.”

Kemudian beliau kembali ke lembah ditemani oleh Abu Bakar secara khusus. Sa’ad bin Muadz pun dengan kelompoknya melakukan pengawalan di pintu kemah beliau.

Adapun kaum musyrikin pada hari itu, Abu Jahal meminta keputusan, beliau mengatakan,

“Ya Allah dia telah memutuskan tali persaudaraan dan membawa sesuatu yang tidak kami kenal, maka binasakanlah dia. Ya Allah tolonglah pada hari ini orang yang paling engkau cintai dan paling kau ridhoi di antara kami.”

Tentang hal ini Allah berfirman:

 

إِنْ تَسْتَفْتِحُوا فَقَدْ جَاءَكُمُ الْفَتْحُ ۖ وَإِنْ تَنْتَهُوا فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَإِنْ تَعُودُوا نَعُدْ وَلَنْ تُغْنِيَ عَنْكُمْ فِئَتُكُمْ شَيْئًا وَلَوْ كَثُرَتْ وَأَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ

Jika kamu (orang-orang musyrikin) mencari keputusan, maka telah datang keputusan kepadamu; dan jika kamu berhenti; maka itulah yang lebih baik bagimu; dan jika kamu kembali, niscaya Kami kembali (pula); dan angkatan perangmu sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sesuatu bahaya pun, biar pun dia banyak dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman. Surah Al-Anfal (8:19)

 

Awal pemicu pertempuran

Awal pemicu pertempuran adalah Al Aswad bin Abdul Asad al Makhzumi (orang yang berperangai buruk) keluar dengan mengatakan,

“Aku berjanji kepada Allah aku harus bisa minum dari tempat penampungan air mereka, atau aku harus menghancurkannya, dan aku harus mati karenanya.”

Ketika ia keluar ia dihadapi oleh Hamzah bin Abdul Mutholib رضي الله عنه. Setelah bertemu, Hamzah segera menyabetkan pedangnya pada kaki Al Aswad, yaitu pada pertengahan betisnya ketika ia berada di depan penampungan air.

Al-Aswad pun jatuh dan kakinya mengucurkan darah, kemudian berangkat menuju penampungan air sambil memasukinya karena ingin memenuhi sumpahnya. Tetapi Hamzah mengulangi pukulannya pada bagian yang lain, ketika ia berada di dalam penampungan air.

Perang Tanding

Terbunuhnya Al Aswad merupakan pembunuhan pertama yang menyulut api pertempuran. Setelah itu tiga orang dari pasukan Quraisy tampil ke depan semuanya dari satu keluarga yaitu Utbah dan Saibah dua lelaki bersaudara anak Rabi’ah dan Al Walid anak Utbah.

Mereka menantang untuk perang tanding, maka untuk menghadapi mereka tampilah tiga pemuda ansor yaitu Auf dan Muawidz, dua lelaki bersaudara anak Al Haris dan ibunya bernama Afra dan Abdullah bin Rawahah.

Tiga orang dari pasukan musyrikin itu bertanya kepada tiga pemuda anshar itu,

“Siapa kalian?”

Mereka menjawab,

“Sekelompok orang dari kaum Anshar”

Tiga pasukan musyrikin itu berkata,

“Kami tidak butuh kalian, kami menginginkan orang-orang yang sepadan dari kaum kerabat kami sendiri.”

Juru bicara mereka kemudian berteriak,

“Hai Muhammad keluarkanlah orang-orang yang sepadan dari kaum kerabat kami sendiri.”

Selanjutnya, Rasulullah berkata,

“Bangkitlah hai Ubaidillah bin Al Haris, bangkitlah hai Hamzah dan bangkitlah hai Ali.”

Setelah ketiganya bangkit dan menghadapi pasukan-pasukan musyrikin itu, pasukan musyrikin itu bertanya kepada mereka,

“Siapa kalian?” Setelah dijawab mereka mengatakan,

“Kalian orang-orang yang sepadan dengan kami.”

Ubaidillah orang yang tertua di antara mereka tampil berperang tanding dengan Utbah bin Rabi’ah, Hamzah melawan Saibah dan Ali melawan Alwalid

Hamzah dan Ali tidak menemui kesulitan untuk membunuh lawannya, Utbah dan kawannya masing-masing berhasil melukai lawannya, kemudian Ali dan Hamzah menyerang Utbah dan berhasil membunuhnya, lalu mengangkut Ubaidah yang terputus kakinya.


Ubaidah senantiasa diam sampai mati syahid di Shafra’ setelah empat atau lima hari dari Perang Badr, dan dalam perjalanan pulang menuju Madinah.

Ali berkata bahwa ayat berikut ini turun berkenaan dengan mereka yaitu

 

هَٰذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ ۖ فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ

Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Surah Al-Hajj (22:19)

 


للّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Serangan Umum

Perang tanding tersebut merupakan permulaan yang buruk bagi kaum musyrikin.

Mereka kehilangan tiga Pemimpin sekaligus.

Maka meluaplah kemarahan mereka, kemudian menyerang kaum muslimin secara serentak.

Adapun kaum muslimin setelah meminta pertolongan kepada Rabb mereka, mengikhlaskan niat kepada-Nya dan merendahkan diri kepada-Nya, mereka menerima serangan dari kaum musyrikin secara bertubi-tubi, dengan sikap bertahan.

Tetapi mereka berhasil memberikan banyak kerugian kepada kaum musyrikin.

Mereka meneriakkan kata-kata "Ahad, ahad."

Rasulullah memohon pertolongan kepada Rabbnya

Rasulullah sendiri sekembalinya dari mengatur barisan, beliau memohon kepada Rabbnya pertolongan yang telah dijanjikan-Nya.

Beliau berkata

"Wahai Allah, tunaikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepada aku.

Wahai Allah Sesungguhnya aku memohon janji-Mu,"

Ketika perang berkecamuk, dia berdoa

"Ya Allah, kalau pasukan (kaum muslimin) ini sampai binasa hari ini, engkau tidak akan di sembah lagi (oleh manusia)

Wahai Allah, jika engkau menghendaki, engkau tidak di sembah lagi setelah ini."

Beliau bersungguh-sungguh dalam memohon, sehingga kain selendangnya jatuh dari pundaknya.

Kain itu kemudian disampirkan kembali oleh Abu Bakar As Siddiq ke pundak beliau seraya berkata,

"Wahai Rasulullah, cukuplah permohonanmu kepada Rabbmu."

Kemudian Allah wahyukan kepada para malaikat-nya

 

إِذْ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى الْمَلَائِكَةِ أَنِّي مَعَكُمْ فَثَبِّتُوا الَّذِينَ آمَنُوا ۚ سَأُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ فَاضْرِبُوا فَوْقَ الْأَعْنَاقِ وَاضْرِبُوا مِنْهُمْ كُلَّ بَنَانٍ

(Ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat :

Sesungguhnya Aku bersama kamu,

Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman.

Kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. Surah Al-Anfal (8:12)

 

Lalu Allah mewahyukan kepada Nabi-Nya, secara silih berganti, tidak sekaligus.

Jumat 17 Ramadhan

Seorang pemuka Quraisy bernama Utbah bin Rabi'ah tiba-tiba berpendapat bahwa berperang sekarang tidak ada gunanya.

Abu Jahal kembali mengamuk.

Ia yang menjuluki Utbah sebagai penakut.

Pertengkaran itu terlihat dari jauh oleh Rasulullah dan pasukannya.

Perlahan keyakinan mereka akan pertolongan Allah semakin kuat.

Pendapat Utbah dibicarakan secara kilat oleh para pemuka Quraisy.

Merasa malu jika mundur setelah berhadapan, para pemimpin Quraisy memutuskan untuk maju bertempur.

Apalagi saat itu pasukan Quraisy jauh lebih banyak dengan persenjataan yang jauh lebih kuat.

Seorang penulis sejarah menyebutkan bahwa saat itu, datanglah iblis yang menyerupai wajah Suraqah bin Malik, pemimpin Bani Mudlij,  bersama puluhan anak buahnya.

Iblis berkata kepada para pemuka Quraisy,

"Jangan takut memerangi Muhammad dan para sahabatnya.

Kalau kamu kalah kami akan membantumu dari arah belakang !"

Tiba-tiba Malaikat Jibril turun dan mendatangi iblis dengan cepat.

Seketika itu juga Suraqah gadungan dan anak buahnya melarikan diri.

Seorang Quraisy berteriak heran,

"Hendak kemana engkau, hai Suraqah ?

Bukankah engkau tadi hendak membela kami ?"

"Mengapa engkau sekarang hendak pergi dari sini ?"

"Sudahlah," jawab iblis gusar,

"Aku melihat sesuatu yang tidak kau lihat !"

Setelah itu kedua pasukan pun saling berhadapan.

Hari itu hari Jumat tanggal 17 Ramadhan.

Rasulullah bersabda,

"Demi Dia yang memegang hidup Muhammad.

Setiap orang yang sekarang bertempur dengan tabah, bertahan mati-matian, terus maju dan pantang mundur, lalu ia gugur, dan Allah akan menempatkannya di dalam surga."

Semangat pasukan pun melambung kekuatan iman yang diberikan Allah melebihi kekuatan apa pun.

Walaupun demikian, beberapa orang pahlawan Quraisy menunjukkan keberanian mereka.

Geram akibat tidak mendapatkan air,  karena sumur-sumur yang ada telah ditutup oleh kaum muslimin, seorang pahlawan Quraisy bernama Aswad bin Abdul Asad Al makhzumi keluar dari barisan seraya berucap,

"Aku bersumpah demi nama Tuhan.

Akan ku rusak kolam-kolam mereka !

Jika tidak dapat melakukannya, lebih baik aku mati !"

Dengan tangkas Aswad berlari ke kolam kaum muslimin.

Bilal

Di dalam pertempuran sengit itu banyak sekali sesama saudara sedarah harus saling berhadapan.

Beberapa orang pasukan muslim menahan pedangnya agar tidak mengenai saudara-saudara mereka dari pihak Quraisy.

Namun beberapa pahlawan yang imannya telah begitu kuat tidak lagi peduli dengan siapa mereka berhadapan.

Mereka menyadari, apabila mereka baru melepaskan kesempatan untuk merobohkan musuh di hadapannya.

Musuh itu bisa membunuh tentara Islam yang lain.

Padahal, saudara Muslim itulah yang seharusnya mereka bela melebihi saudara sedarah.

Umar Bin Khattab berhadapan dengan pamannya sendiri dan berhasil membunuhnya.

Ali Bin Abi Thalib berhasil membunuh beberapa orang saudaranya.

Abu Ubaidah bin Jarrah berhadapan dengan ayahnya.

Abu Ubaidah mencoba mengingatkan agar ayahnya pergi menjauh, tapi sang ayah malah berdiri menghadangnya dengan pedang terhunus.

Mereka kemudian bertarung dan Abu Ubaidah berhasil mengalahkan ayahnya sendiri.

Bilal bin Rabah menemukan bekas majikannya Umayyah bin Khalaf yang dahulu pernah menyiksanya habis-habisan.

Bilal mendekat dengan cepat.

Melihat mata Bilal yang menatapnya dengan sangat tajam, Umayyah ketakutan.

Kemudian, ia meminta perlindungan seorang sahabat Rasulullah . Abdurrahman bin Auf.

Di Mekah dulu Abdurrahman adalah sahabat baik Umayyah.¥Abdurrahman pun melindungi Umayyah dan hendak menjadikannya tawanan perang yang sudah menyerah._Namun, Bilal memprotes sambil berteriak,

"Saudara-saudara muslim !ini dia Umayyah bin khalaf, si Gembong kekafiran !"

Orang-orang yang dahulu pernah disiksa Umayyah berlari mendekat. Mereka  memprotes tindakan Abdurrahman bin Auf.

"Tidak akan selamat aku jika Umayyah masih hidup!" demikian tekad kuat Bilal.

Akhirnya, Umayyah menerima tantangan Bilal untuk berduel,

Keduanya bertarung dengan pedang terhunus.

Bilal berhasil menusukkan pedangnya ke celah baju besi Umayyah dan mengalahkan dia.

 


للّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

Hamzah

Hamzah bin Abdul Muthalib bersama pasukannya berdiri melakukan penjagaan di dekat kolam pasukan muslim.

Kolam itu merupakan tempat penting dalam pertempuran Badar.

Jika pasukan Quraisy berhasil merebut kolam dan menghilangkan dahaga mereka, pasukan muslimlah yang akan kehausan.

Kemudian, sepasukan berkuda Quraisy mendekat.

Dua penunggang kuda terdepan berhasil ditaklukan Hamzah.

Namun, penunggang ketiga lolos dan berhasil membuka celah pertahanan untuk diterobos para penunggang lain yang terkenal tangguh.

Namun Hamzah sendiri berdiri menutup celah tersebut dengan pedang siaga di tangan.

Satu demi satu para penunggang Quraisy yang kehausan maju.

Namun, semuanya tumbang di ujung pedang Hamzah.

Setelah memukul mundur para penunggang Quraisy, Hamzah menerjunkan diri ke medan tempur dengan niat untuk menghabisi para jagoan Quraisy yang dilihatnya.

Tidak lama kemudian, Hamzah berhasil merobohkan Handhalah Bin Abu Sufyan dan Haris bin Amir.

Tiba-tiba Naufal Bin Khuwailid berhasil menerobos ke tengah barisan pasukan muslimin.

Dengan kudanya yang menggila, ia menyerang beringas,  menerjang dan menginjak-injak.

Topi dan baju besi yang dipakai Naufal sulit ditembus pedang pasukan muslim.

Namun Hamzah datang dan menyerangnya.

Naufal segera menggebrak kudanya dan menyerang.

Hamzah melompat ke belakang, berputar, dan balik menyerang.

Pedangnya berkelebat membelah udara.

Beberapa tentara kedua belah pihak berhenti bertempur dan memperhatikan pertarungan yang mengerikan itu.

Kuda Naufal roboh, tetapi Naufal melompat berdiri dan meneruskan pertarungan dengan ganas.

Akhirnya, Hamzah berhasil menebas leher Naufal.

Pekik takbir اَللّهُ اَكْبَرُ membahana.

Selangkah demi selangkah, pasukan Quraisy mundur.

Pasukan muslim yang tanpa perisai, topi, dan baju besi mendesak barisan musuh mundur yang kebanyakan mengenakan baju besi lengkap.

Demikian gagahnya Hamzah bertempur sampai beberapa pasukan Quraisy yang mundur saling bertanya,

"Siapakah laki-laki yang berbulu-bulu dadanya halus dan wajahnya tertutup debu ?"

"Itulah Hamzah !" sahut yang lain dengan suara tercekat.

"Dialah yang sebenarnya banyak menyerang kita," Sahut yang lain sambil terus berlari.

Tewasnya Abu Jahal

Melihat pasukannya mulai terdesak, Abu Jahal berusaha menata kembali barisan.

Ia mendengar seseorang berseru:

"Pasukan Muhammad cuma 300 Orang. Mereka tidak mengenakan pakaian pelindung, kecuali pedang belaka. Namun, setiap kali ada yang terbunuh di antara mereka, pasti ada yang terbunuh di pihak kita. Kemudian,  jika dari pihak kita gugur 300 orang, kita tidak punya peluang untuk hidup ! mundur !mundur!"

Abu Jahal mengutus Ikrimah untuk mendorong barisan-barisan Quraisy agar bertahan seraya mengingatkan bahwa merekalah para pemimpin Arab. Namun pasukan Muslim terus maju tidak tertahankan. Dua prajurit muda muslim bahkan berhasil mendekati Abu Jahal dan menyerangnya. Abu Jahal yang sombong dan gagah dengan senjata lengkap tak mampu mengalahkan dua pemuda itu dan ia pun terbunuh.

Kedua prajurit muda itu Muadz Bin Afra dan Abdullah Bin Mas'ud. Mereka membawa kepala Abu Jahal ke hadapan Rasulullah seraya berkata,

"Ya Rasulullah, inilah kepala Abu Jahal si musuh Allah !"

Rasulullah bersabda,

"Allah tidak ada Tuhan selain-Nya, __Allah tidak ada Tuhan selain-Nya,Allah tidak ada Tuhan selain-Nya. Demi Allah, __kalian lah yang membunuh Abu Jahal ?"

Saat mereka menjawab,

" Ya."

segera Rasulullah bersujud kepada Allah seraya mengucapkan,

"Segala puji bagi Allah yang benar janji-Nya dan yang telah menolong hambanya yang telah mengalahkan tentara musuhnya."

Setelah itu, pasukan musuh mundur dalam keadaan kocar-kacir.

Pasukan besar dan persenjataan lengkap itu telah lumpuh, mundur tergesa-gesa meninggalkan benda-benda berharga di dalam perkemahan.

Hanya keselamatan diri yang kini mereka pikirkan.

Strategi yang diterapkan Rasulullah terhadap pasukannya adalah bertahan di tempat tanpa bergerak sedikit pun pada awal pertempuran.

Maka untuk pertama kali dalam sejarah perangnya, orang Quraisy melihat ada pasukan pejalan kaki yang mampu menahan gelombang-gelombang serbuan pasukan berkuda.

Rasulullah terus memerintahkan pasukannya bertahan sampai serangan musuh melemah.

Setelah itu barulah beliau yang memerintahkan serangan balasan.

Lalu pasukan muslim pun maju dan tidak memberikan kesempatan lagi kepada musuh untuk membenahi barisan.

Setelah Perang

Meski musuh mundur dengan tergesa-gesa,  Rasulullah mengutus beberapa pengintai untuk mengikuti ekor pasukan Quraisy.

Rasulullah ingin benar-benar yakin bahwa mereka benar-benar mundur ke Mekah, bukan melakukan tipu daya untuk kemudian menyerang kembali atau malah bergerak ke arah Madinah.

Setelah mendengarkan laporan dari pasukan pengintai barulah beliau benar-benar bisa merasa tenang karena ternyata musuh kembali ke kota mereka dengan menanggung semua beban kekalahan.

Rasulullah mengajak Ammar bin Yasir Melihat mayat Abu Jahal Seraya bersabda,

"Allah telah membunuh orang yang dulu membunuh ibumu."

Kemudian, Rasulullah meninjau langsung bekas medan pertempuran.

Beliau menemukan 14 sahabatnya gugur sebagai syahid.

Sedangkan 70 orang Quraisy terbunuh, 70 lainnya menjadi tawanan kaum muslimin.

Beliau memerintahkan agar para syuhada yang gugur di kuburkan, sementara itu mayat-mayat Quraisy dimasukkan ke dalam sebuah sumur kering lalu ditimbun batu.

Pasukan muslim kembali ke Madinah dengan membawa kemenangan gemilang.

Rasulullah memperhatikan raut wajah para sahabat yang berseri-seri kecuali Hudzaifah bin Utbah yang telah membunuh ayahnya sendiri.

Rasulullah mendekati Hudzaifah dan bertanya,

"Barangkali saja duka menyelimuti hatimu karena kematian ayahmu ?"

"Hatiku sama sekali tak merasa goyah, mengenai Ayahku atau kematiannya.

Ya Rasulullah. Akan tetapi aku mengenal pemikiran kesabaran dan keutamaannya.

Aku sebenarnya sangat berharap dia akan mendapat hidayah Allah.

Setelah aku melihat kenyataan yang menimpa Ayahku, aku merasa sangat berduka," demikian jawab Hudaifah.

Rasulullah mengangguk lalu menghibur hati Hudzaifah dan mendoakannya.

Kemudian beliau mendekati barisan para tawanan.

Kening beliau berkerut menyaksikan sebagian sahabatnya mengikat para tawanan dengan kuat dan menertawakan mereka.

"Hendaklah kalian memperlakukan para tawanan dengan baik, "demikian Sabda beliau. (Surya)

 

Bersambung

BACA JUGA :
Sirah Nabawiyah Bagian 17




Sirah Nabawiyah TERBARU


Silahkan Buat akun atau Login untuk Berkomentar dari web!

0 Comment